A. Definisi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus
dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).
DHF terutama menyerang anak
remaja dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita.
B. Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita
DHF adalah meningkatnya premeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan
terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus
masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hiperemi tenggorokan dalam
hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi
dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit
>20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma
leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian
cairan intravena. Oleh karena itu pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau
hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang
terjadi. Rumus perhitungan yang digunakan adaalah sebagai berikut :
Keterangan:.
A = Ht tertinggi selamad irawat
B = Ht saat pulang
C = Prosentasehematokrit
Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi
sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya
untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup. penderita akan mengalami kekurangan cairan yang
dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3
faktor yaitu: perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada-otopsi penderita DHF, ditemukan
tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru, saluran
pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar dengan perlemakan dan
koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.
(klik gambar untuk memperbesar)
C. Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa
inkubasi antara 13-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut (suhu
meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil, saat demam pasien kompos
mentis.
Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya
perdarahan pada saat demam dan tak jarang pula dijumpai saat penderita mulai
bebas dari demam. Perdarahan yang terjadi dapat berupa :
Ø Perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis,
hematom) serta
Ø Perdarahan lain seperto epitaksis,
hematemesis, hematuri dan melena.
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran klinis
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
Ø Keluhan pada saluran pernapasan seperti
batuk, pilek, sakit waktu menelan
Ø Keluhan pada saluran pencernaan ; mual,
muntah, tak napsu makan (anoreksia), diare, konstipasi
Ø Keluhan sistem tubuh yang lain ; nyeri
atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi (break bone fever), nyeri
otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada
kulit, kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata sakit bila
disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.
Pada penderita DHF sering juga dijumpai pembesaran hati (hepatomegali),
limpa (splenomegali) dan kelenjar getah bening yang akan kembali normal pada
masa penyembuhan.
Pada penderita yang (terutama tampak pada ujung-ujung jari dan bibir),
kulit teraba lembab dan dingin, tekanan darah menurun (hipotensi), nadi cepat
dan lemah.
Gambaran
klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
1. Demam Chikungunya
Yang
menonjol dari penyakit ini adalah timbulnya nyeri sendi dan oto. Suhu lebih
sering diatas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva.
2. Demam Tipoid
Biasanya
timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya
leukopenia, limfostosis relatif.
3. Anemia aplastik
Penderita
tampak anemik, demam karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi
menunjukkan pansitopenia.
Purpura trombositpenia indiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang,
tidak terjadi hemokonsentrasi.
Gambaran klinis kemungkinan
akan terjadinya renjatan (hari ke-3 sampai ke-7)
1. Perubahan sensorik dan nyeri perut
2. Perdarahan nyata selain perdarahan kulit
3. Terdapatnya efusi pleura atau asites
4. Peningkatan hematokrit 20% atau lebih
5. Trombosit kurang dari 50 000/mikroliter
6. Hiponatremia dengan Na urin <10 mmol/L
7. EKG abnormal
8. Hipotensi
D. Diagnosis
Patokan WHO (1975) untuk
menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus
selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, termasuk
setidak-tidaknya uji turniket positif dan salah satu bentuk lain (petekie,
purpura, ekimosis, spitaksis, perdarahan gusi), hematesis dan atau melena.
3. Pembesaran hati
4. Renjatan yang ditandai dengan nadi lemah,
cepat disertai tekanan darah menurun (tekanan sitolik menjadi 80 mmHg atau
kurang dan diastolik 20 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah, timbul
sianosis di sekitar mulut.
E. Kalasikasi DHF
DHF
diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi : (WHO, 1986)
Derajat I :
-
Demam
disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.
-
Uji
torniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Derajat II :
Derajat I dan disertai
perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.
Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi,
yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis
sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini renjatan).
Derajat IV :
Renjatan berat (DSS) dengan
nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, dkk, Kapita Selekta Kedoktean, Jilid I,
Edisi 3, Media Aesculapeus, FKUI, 2001.
Depkes RI.. Menggerakan
Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Jakarta . 1995
Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasia Perawatan Pasien,, Edisi 3, EGC, 2000
Noer, S. Dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I
Edisi 3, Balai Pustaka FKUI, Jakarta, 1996.
Suriadi, Rita Yuliani, Asuhan Keperawatan Pada Anak
Tocher, MS, dkk. Standar
Keperawatan Pasien,
Jakarta : EGC, 2000.
How to use the judi stick for a reason - TITNA
ReplyDeleteThe judi stick ford fusion titanium is a flexible plastic-fiber rod and can accommodate more titanium quartz than benjamin moore titanium 100 different kinds of meat-grilled nano titanium and other snack foods. The size of the $8.99 titanium hair trimmer · Out of stock