Wednesday, 30 November 2011

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN SISTEM INFEKSI TROPIK AKIBAT DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER DI RUANG PERAWATAN IX RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI


A.   Definisi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita.

B.   Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya premeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hiperemi tenggorokan dalam hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit >20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi. Rumus perhitungan yang digunakan adaalah sebagai berikut :


Keterangan:.
A = Ht tertinggi selamad irawat
B = Ht saat pulang
C = Prosentasehematokrit

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup. penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu: perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada-otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar dengan perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.
(klik gambar untuk memperbesar)

C.   Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi antara 13-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil, saat demam pasien kompos mentis.
Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya perdarahan pada saat demam dan tak jarang pula dijumpai saat penderita mulai bebas dari demam. Perdarahan yang terjadi dapat berupa :
Ø  Perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematom) serta
Ø  Perdarahan lain seperto epitaksis, hematemesis, hematuri dan melena.

Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
Ø  Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan
Ø  Keluhan pada saluran pencernaan ; mual, muntah, tak napsu makan (anoreksia), diare, konstipasi
Ø  Keluhan sistem tubuh yang lain ; nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.

Pada penderita DHF sering juga dijumpai pembesaran hati (hepatomegali), limpa (splenomegali) dan kelenjar getah bening yang akan kembali normal pada masa penyembuhan.
Pada penderita yang (terutama tampak pada ujung-ujung jari dan bibir), kulit teraba lembab dan dingin, tekanan darah menurun (hipotensi), nadi cepat dan lemah.

Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
1.     Demam Chikungunya
Yang menonjol dari penyakit ini adalah timbulnya nyeri sendi dan oto. Suhu lebih sering diatas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva.
2.     Demam Tipoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfostosis relatif.
3.     Anemia aplastik
Penderita tampak anemik, demam karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.

Purpura trombositpenia indiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi.
Gambaran klinis kemungkinan akan terjadinya renjatan (hari ke-3 sampai ke-7)
1.     Perubahan sensorik dan nyeri perut
2.     Perdarahan nyata selain perdarahan kulit
3.     Terdapatnya efusi pleura atau asites
4.     Peningkatan hematokrit 20% atau lebih
5.     Trombosit kurang dari 50 000/mikroliter
6.     Hiponatremia dengan Na urin <10 mmol/L
7.     EKG abnormal
8.     Hipotensi

D.    Diagnosis
Patokan WHO (1975) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
1.     Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2.     Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji turniket positif dan salah satu bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, spitaksis, perdarahan gusi), hematesis dan atau melena.
3.     Pembesaran hati
4.     Renjatan yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun (tekanan sitolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah, timbul sianosis di sekitar mulut.
E.    Kalasikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi : (WHO, 1986)
Derajat I :
-           Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.
-           Uji torniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.

Derajat II :
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.

Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini renjatan).

Derajat IV :
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.



DAFTAR PUSTAKA


Arief Mansjoer, dkk, Kapita Selekta Kedoktean, Jilid I, Edisi 3, Media Aesculapeus, FKUI, 2001.

Depkes RI.. Menggerakan Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Jakarta. 1995

Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasia Perawatan Pasien,, Edisi 3, EGC, 2000

Noer, S. Dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi 3, Balai Pustaka FKUI, Jakarta, 1996.

Suriadi, Rita Yuliani, Asuhan Keperawatan Pada Anak

Tocher, MS, dkk. Standar Keperawatan Pasien, Jakarta : EGC, 2000.


1 comment:

  1. How to use the judi stick for a reason - TITNA
    The judi stick ford fusion titanium is a flexible plastic-fiber rod and can accommodate more titanium quartz than benjamin moore titanium 100 different kinds of meat-grilled nano titanium and other snack foods. The size of the $8.99 titanium hair trimmer · ‎Out of stock

    ReplyDelete

Search This Blog

Pesan penulis